Sunday, July 3, 2011

Geografi, Demografi, dan Sejarah awal Jepang

Jepang adalah sebuah Negara kepulauan yang berbentuk garis melengkung yang terbentang dari timur laut ke barat di lautan bagian timur benua Asia. Luas wilayahnya kurang lebih 370.000 km2, hanya kurang lebih 1/27 luas daratan Cina atau 1/5 luas Indonesia. Jepang terdiri dari 6,852 pulau yang membuatnya merupakan suatu kepulauan.
Sampai dengan bulan Agustus 1945, Jepang menduduki sebagian besar pulau-pulau yang membentang di sepanjang pantai timur Asia, dari Kamchatka sampai ke ujung selatan Semenanjung Malaya denagn empat buah pulaunya yang besar yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Pulau Hokkaido penduduknya sebagian besar merupakan suku bangsa Ainu yang masih primitive. Pulau Honshu adalah pulau utama di mana terletak enam kota besar di Jepang dan menjadi pusat pemerintahan. Sedangakan Shikoku dan Honshu merupakan pintu gerbang bagi masuknya pengaruh dari bangsa-bangsa Asia lainnya dan bangsa-bangasa Eropa yang pada abad ke-16 telah masuk ke Jepang. Sampai dengan tahun 1945 Jepang masih menduduki Sakhalin dan Formusa.
Di samping pulau-pulau itu, Jepang juga menguasai Semenanjung Chosen (Korea) dan prpinsi-propinsi Cina di sebelah timur dan timur laut, pulau-pulau di Samudra Pasifik yang semula milik Jerman menjelang Perang Dunia II.
Walaupun Jepang terdiri dari banyak pulau, tetapi menurut sejarah Jepang merupakan satu kesatua kepualuan yang kuat. Hal ini mempunyai arti yang besar terhadap persatuan dan kesatuan Jepang di kemudian hari. Karena Jepang terpisah oleh lautan dar bangsa-bangsa lain, tanah yang sebagian besar berguning-gunung dan tidak subur, maka penduduk Jepang mempunyai kesadaran kebangsaan yang tinggi. Semangat patriotic mereka sudah tidak dapat diragukan lagi.
Selain Negara kepulauan, Jepang juga merupakan negara pegunungan. Banyaknya gunung menyebabkan tanah pertanian yang ada menjadi sedikit. Kurang lebih 20 % yang hanya bisa diusahakan untuk lahan pertanian. Dengan adanya gunung-gunung tersebut seolah-olah mendesak Jepang kearah laut. Memang laut Jepang kaya akan ikan bila dibandingkan dengan dengan laut negara lain, sehingga laut Jepang merupakan sumber penghasilan yang besar bagi rakyat Jepang. Oleh karena itu jangan heran bila orang Jepang merupakan penangkap ikan yang pandai. Bangsa Jepang yang tinggal di pulau-pulau tersebut memberanikan diri menjadi bangsa yang suka mengarungi lautan.
Sungai-sungai Jepang sukar dilayari karena umumnya penuh dengan batuan wadas. Pada masa kuno hanya sedikit sekali jumlah sungai yang dapat dipergunakan untuk pelayaran, maka tidak heran bila hubungan antar pulau sangat sulit pada masa itu. Karena itu sering nampak kecenderungan bangsa Jepang untuk membentuk kehidupan secara kelompok. Masing-masing kelompok cenderung untuk melepaskan diri dari pemerintahan pusat, sedangkan pemerintahan pusat sendiri berkembang menjadi pemerintahan feodal.
Iklim di Jepang sangat menyenagkan, karena terletak di daerah iklim sedang yang merupakan asal-usul peradaban dunia ini. Keadaan alam sangat indah. Bukit-bukit yang berhutan-hutan beraneka ragam gunung dan lembah, laut serta laut yang membngkitkan rasa seni dari rakyat Jepang. Oleh karena itu tanah Jepang merupakan salah satu tanah yang cantik di dunia.
Menurut sumber Arkeologi dan Etnologi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penduduk Jepang masa silam adalah suatu ras yang disebut cove man atau bangsa penghuni gua, yang penghidupannya masih primitive. Menurut sejarah, bangsa yang masih primitive diperkrakan merupakn nenek moyang dari suku bangsa Ainu yang meruapakn penduduk asli bangsa Jepang dan sisanya masih terdapat di puali Hokkaido dan kepualuan Kurile. Tentan asal usul ini tidak ada ketentuan yang pasti. Kemungkinan mereka dating dari Asai Utara.
Bangsa Jepang yang sekarang adalah suatu ras campuaran dari bangsa Manchu, Cina, Melayu dan Mongol. Menurut teori umum mereka masuk Jepang ke arah selatan yaitu melalui Formusa dan Ryukyu. Sedangkan menurut arkeologi mereka dating ke Jepang melalui Korea. Dan menurut sumber arkeologi juga negara Jepang berdiri kurang lebih pada tahun 660 SM, dengan Yamato sebagai pusatnya.
Zaman Kofun dimulai sekitar 250 M. Nama zaman ini berasal dari tradisi orang zaman itu untuk membuat gundukan makam (tumulus) yang disebut kofun. Pada zaman ini sudah terdapat negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan berpengaruh sebagai penguasa. Salah satu di antaranya terdapat negara Yamato yang dominan, dan berpusat di Provinsi Yamato dan Provinsi Kawachi. Negara Yamato berlangsung dari abad ke-3 hingga abad ke-7, dan merupakan asal garis keturunan kekaisaran Jepang. Negara Yamato yang berkuasa atas klan-klan lain dan memperoleh lahan-lahan pertanian mempertahankan pengaruh yang kuat di Jepang bagian barat. Jepang mulai mengirimkan utusan ke Kekaisaran Cina pada abad ke-5. Dalam dokumen sejarah Cina ditulis tentang negara Wa yang memiliki lima raja. Sistem pemerintahan di Wa meniru model Cina yang menerapkan sistem administrasi terpusat. Sistem kekaisaran juga mengambil model dari Cina, dan masyarakat dibagi menjadi strata berdasarkan profesi. Hubungan yang erat antara Jepang dengan Tiga Kerajaan Korea dimulai pertengahan zaman Kofun, sekitar akhir abad ke-4.

Pada zaman Asuka (538-710), negara Jepang purba Yamato secara bertahap menjadi negara yang tersentralisasi. Negara Jepang purba sudah memiliki undang-undang seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Taihō dan butir-butir Reformasi Taika Masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi membuat makam berbentuk kofun.
Agama Buddha masuk ke Jepang sekitar tahun 538 melalui Baekje yang mendapat dukungan militer dari Jepang. Penyebaran agama Buddha di Jepang dilakukan oleh kalangan penguasa. Pangeran Shōtoku mendedikasikan dirinya dalam penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang. Ia berjasa menyusun Konstitusi 17 Pasal yang membawa perdamaian di Jepang. Konstitusi yang disusunnya dipengaruhi oleh pemikiran Konfusianisme tentang berbagai moral dan kebajikan yang diharapkan masyarakat dari pejabat pemerintah dan abdi kaisar.
Dalam sepucuk surat yang disampaikan duta Kekaisaran Jepang ke Kekaisaran Cina pada tahun 607 ditulis kata-kata, "Kaisar negeri matahari terbit (Jepang) mengirimkan surat kepada kaisar di negeri matahari terbenam (Cina)". Surat tersebut menyebabkan kemarahan kaisar Cina.
Dimulai dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang semakin giat mengadopsi praktik-praktik budaya Cina, melakukan reorganisasi pemerintahan, serta menyusun undang-undang pidana (Ritsuryō) dengan mengikuti struktur administrasi Cina pada waktu itu. Istilah Nihon juga mulai dipakai sebagai nama negara sejak zaman Asuka.
Zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang kuat. Pada tahun 710, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah kekaisaran yang memindahkan ibu kota ke Heijō-kyō yang sekarang bernama Nara. Heijō-kyō dibangun dengan mencontoh ibu kota Dinasti Tang di Chang'an (sekarang disebut Xi'an).
Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat terbatas. Anggota keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan, termasuk dengan klan Fujiwara. Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan formal dengan Dinasti Tang. Pada 784, ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō untuk menjauhkan istana dari pengaruh para biksu, sebelum akhirnya dipindahkan ke Heian-kyō (Kyoto).
Penulisan sejarah Jepang berpuncak pada awal abad ke-8 dengan selesainya penyusunan kronik Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720). Dalam kedua buku sejarah tersebut dikisahkan sejarah Jepang mulai dari awal sejak zaman mitologi Jepang. Di dalamnya ditulis tentang pendirian Jepang pada tahun 660 SM oleh Kaisar Jimmu yang keturunan langsung dari Amaterasu. Menurut kedua kronik tersebut Kaisar Jimmu merupakan leluhur dari garis keturunan kaisar yang sekarang. Kaisar Jimmu sering dianggap sebagai kaisar mitos karena kaisar pertama berdasarkan bukti-bukti sejarah adalah Kaisar Ōjin yang tahun-tahun masa pemerintahannya tidak diketahui dengan jelas. Sejak zaman Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar, melainkan di tangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di tangan perdana menteri.
Periode akhir sejarah klasik Jepang berlangsung dari 794 hingga 1185 yang disebut zaman Heian. Puncak kejayaan istana kekaisaran di bidang puisi dan sastra terjadi pada zaman Heian. Pada awal abad ke-11, Murasaki Shikibu menulis novel Hikayat Genji yang hingga kini merupakan salah satu dari novel tertua di dunia. Pada zaman Heian selesai disusun naskah tertua koleksi puisi Jepang, Man'yōshū dan Kokin Wakashū.
Pada zaman Heian berkembang berbagai macam kebudayaan lokal, misalnya aksara kana yang asli Jepang. Pengaruh budaya Cina surut setelah sampai di puncak keemasan. Pengiriman terakhir utusan Jepang ke Dinasti Tang berlangsung pada tahun 838 sejalan dengan kemunduran Dinasti Tang. Walaupun demikian, Cina dalam terus berlanjut sebagai negara tujuan ekspedisi dagang dan rombongan peziarah agama Buddha.
Kekuasaan politik istana kekaisaran berada di tangan segelintir keluarga bangsawan yang disebut kuge, khususnya klan Fujiwara yang berkuasa dengan gelar Sesshō and Kampaku. Pada akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai. Empat klan samurai yang paling kuat adalah klan Minamoto, klan Taira, klan Fujiwara, dan klan Tachibana. Memasuki akhir abad ke-12, konflik antarklan berubah menjadi berbagai perang saudara seperti Pemberontakan Hōgen dan Pemberontakan Heiji. Setelah berakhirnya Perang Genpei, Jepang berada di bawah pemerintahan militer oleh klan-klan samurai di bawah pimpinan seorang shogun.
Suku Yamato yang menyembah kultus Amaterasu Omikami merupakan suku yang paling berkuasa di Jepang pada masa kuno. Salah seorang dari suku Yamato adalah Jimmu merupakan kaisar yang pertama di Jepang (Jimmu Tenno). Semua kaisar di Jepang menganggap dirinya keturunan Amaterasu Omikami. Oleh karena itu sebagai penguasa tertinggi dalam suat Negara tidak boleh dikecam. Kekuasaan kaisar adalah suci dan tidak boleh diganggu gugat.
Sampai dengan tahun 1192, Jepang diperintah oleh banyak keluaraga yang saling merebut kekuasaan dan saling menjatuhkan. Diantaranya adalah keluarga Mononobe, Keluarga Soba, Keluarga Tairo dan Keluarga Minamoto. Diantara keluarga itu pada mulanya yang paling berkuasa adalah keluarga Fujiwara, suatu keluarga yang hanya mementingkan kepentingan kelurganya sendiri sedangkan kepentingan Negara dan rakyat kurang diperhatikan. Maka tidak mengherankan bila pemerintahan di bawah keluarga Fujiwara masih sangat lemah.
Pada tahun 1156-1160 terjadilah perang saudar antara keluarga Taira dan keluarga Minamoto. Pada saat itu kemenangan ada di pihak keluaraga Taira. Sementara itu, keluaraga Minamoto menyingkir dan menyusun kekuatan di Jepang Timur yaitu di daearh Kanto. Dalm peretempuran yang kedua yaitu pada tahun 1180-1185, keluarga Minamoto dibawah pimpinan Minamoto Yoritomo berhasil menghancurkan keluarga Taira. Denag demikian keluarga Minamoto merupakan satu-satunya keluarga yang paling berkuasa di Jepang pada masa itu denag Yoritomo sebagai pemimpinnya.
Semenjak kemenangan itu, Minamoto Yoritomo menjadi peguasa tertinggi di jepang. Ibukota dipindahakan dari Kyoto ke Kamakura. Dan disinilah pusat tiga kegiatan yaitu militer, administrasi dan hukum sehingga zaman itu disebut sebagai Zaman Kamakura.
Untuk memperkuat kedudukannya, Yoritomo menempuh cara yaitu denagn mengadakan jabatan- jabatan baru dan membentuk pemerintahan Bakufu. Dua jabatan baru yang dibentuk yaitu shugo yang bertugas sebagai militer dan polisi edan jito yang bertugas mengurus tanah dan memungut pajak. Kedua jabatan tersebut hanya diberikan kepada keluarga dan teman- teman terdekan atau keluarga kaisar. Karena kekuasaan dipegang oleh teman terdekat atau keluarga maka pada hakekatnya kekusaan akan negeri tersebut ada di tangan Yaritomo.
Organisasi pemerintahan militer tersebut di Jepang di sebut Bakufu. Sebagai pemimpinnya adalah Yoritomo yang pada tahun 1192 memakai gaelar Shogun. Mio You Lan menyatakan bahwa pada tahun 1192 Yoritomo diangkat menjadi Sei-i-tai-Shogun yang berarti Jenderalismo penakhluk suku timur. Kata Shogun sebenarnya berarti jenderalismo atau pemimpin tentara tertinggi, akan tetapi kemudian nama itu mempunyai arti baru yaitu dictator militer.
Hal itu menyebabkan di Jepang muncul Duel Government atau dualism dalam pemerintahan yaitu pemerintahan sipil yang berkededukan di Kyoto dengan Kaisar sebagai kepala pemerintahan dan pemerintahan militer yang berkedudukan di Kamakura denag Shogun sebagai kepala pemerintahan.
Dalam teori pemerintahan Kaisar menjadi yang dipertuan pemerintahan Shogun, tetapi dalam prakteknya pemerintahan Shogun lah yang mengusai pemerintahan Kaisar. Dan pemerintahan Shogun ini ternyata dapat berlagsung sampai dengan pertengahan abad ke 19 atau berlansung kurang lebih 2,5 abad


Daftar pustaka
Leo Agung S. Sejarah Asia Timur 1. 2008. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jepang diakses tanggal 29 Oktober 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang diakses tanggal 29 Oktober 2009

No comments:

Post a Comment